d r e ∆ m e r !

Perasaan itu datang lagi.

Aku sudah tau dengan pasti perasaan apa ini, 

Ditiadakan dan tidak dianggap, 

Hanya sekedar.

Aku sangat tau dengan baik bagaimana rasanya

Tapi tetap saja terasa sakit

Aku mulai mempertanyakan kenapa?

Kenapa aku harus merasakannya lagi

Apakah salah jika menggantungkan diri kepada seseorang?

Apakah salah jika mempercayai seseorang?

Apakah aku salah jika bersandar kepada seseorang?

Apakah terlalu egois?

Mungkin iya, aku terlihat sangat egois.

Menginginkan semuanya dan selalu ingin dimengerti

Aku salah, kali ini aku mulai memahaminya

Akulah yang jahat, 

Tanpa sadar memaksakan kehendak orang lain demi kepuasan diriku sendiri.

Melontarkan kalimat jahat demi membenarkan keadaanku. 

Dan tanpa sadar aku melukai perasaan orang lain.

Mereka berhak bertindak seperti itu bagaimanapun juga akulah yang bersalah,

Tapi bisakah kalian mengatakannya kepadaku?

Katakanlah jika kalian lelah akan sikapku,

Katakanlah jika aku sudah melewati batasku, 

Dan katakanlah jika memang kalian ingin pergi atau meninggalkanku. 

Itu jauh lebih baik.

Dan aku akan sangat berterima kasih jika kalian mengatakannya, 

Katakanlah apa yang kalian rasakan dan ketidak sukaan akan keegoisanku. 

Aku meminta maaf atas kesalahanku.

Aku tidak akan menyalahkan siapapun bagaimanapun juga itu adalah hak seseorang yang tidak akan bisa di paksakan.

Tuhan punya caranya sendiri untuk menjawab setiap doa, bahkan diluar dugaan-mu

Dan kalau diingatpun akan sesuai dengan apa yang kamu ucapkan hanya saja tidak sesuai dengan ekspetasimu.

Aku teringat akan keinginanku, bahkan aku mengingat dengan pasti sejak kapan aku memnginginkan itu.

Sejak kecil aku selalu ingin memiliki seorang kakak laki-laki, namun hal itu tidak mungkin terjadi. Aku sendiri adalah anak tunggal bagaimana mungkin aku memiliki seorang kakak laki-laki?

Tapi kenyataan itu tidak menyurutkan keinginanku untuk mempunyai kakak laki-laki, aku benar-benar menginginkannya, walaupun aku tahu itu mustahil. 

Sampai akhirnya aku mengetahui kalau aku mempunyai seorang kakak laki-laki, aku terkejut bagaimanapun juga hal yang aku inginkan ternyata terwujudkan walaupun tidak sesuai dengan ekspetasiku.

Alasan aku menginginkan seorang kakak laki-laki adalah setidaknya aku mempunyai pelindung dan pendengar yang baik, aku juga akan memiliki teman bicara. Dan yang paling penting aku percaya bahwa nantinya kami bisa saling membantu sama lain dalam hal apapun tanpa adanya rasa khawatir.

Namun ketika aku mengetahui aku memiliki kakak aku hanya bisa tersenyum, ekspetasi yang aku harapkan tidak akan terjadi.

Dia sudah pergi, mungkin sekarang dia hanya bisa mengenali orangtuanya dengan baik, tidak dengan diriku mengetahui keberadaanku saja tidak.

Aku tidak marah atau kecewa pada doa-ku, aku berterima kasih atas doa-ku yang terjawab walaupun aku tau bahwa itu adalah hal yang sangat mustahil tapi nyatanya itu dapat terwujudkan. Aku berterima kasih doa-ku di kabulkan dan aku juga tidak boleh terlalu kecewa dengan ekspetasi yang tidak bisa aku rasakan.

Dan pintaku yang lain adalah aku menginginkan sebuah hadiah, setidaknya yang tau jalan pikiranku, sifatku, dan mengetahuiku. Aku hanya ingin didengar dan dianggap, sampai akhirnya aku mendapatkan hadiah itu. Kadang rasa egois untuk memilikinya muncul tapi aku belajar dari cerita aku dengan kakak.

Mengetahui keinginku di kabulkan saja sudah cukup, tidak perlu memiliki seutuhnya setidaknya aku tahu bahwa aku mempunyai seorang kakak walaupun tidak bisa kumiliki seutuhnya. Aku tidak akan menyalahkan apapun, bagaimanapun juga Tuhan sudah menjawab semua doa dan mewujudkan keinginganku. Aku sangat berterimakasih akan hal itu. Kedepannya tidak ada yang tahu tapi aku percaya Tuhan menyiapkan yang lebih.

Di tahun ini kamu menunjukan semuanya, sisi kelam yang selama ini kamu simpan akhirnya meledak.

Tidak banyak yang sadar akan perasaan itu bahkan tidak ada satupun. Bukan pandai menutupi segalanya tapi sudah terbiasa menutupi segalanya disaat diri bergetar akan sesuatu hal kamu masih bisa tersenyum dan bertindak seperti tidak terjadi apa-apa.

Kamu selalu mengatakan kepada orang lain “kamu bisa, kamu gak sendirian kok. Semangat 😊” nyatanya kata itu ditujukan pada dirimu sendiri. Keluh kesah selama ini adalah lelahnya menanggung semuanya sendiri takut tidak bisa menahannya dan makin melukai diri sendiri. Hal yang paling menyakitkan disaat kamu terguncang dan tidak bisa mengatakan kepada siapapun atau berekspresi sebagai mana mestinya itu benar-benar menyiksa, bahkan kamu harus terus terlihat baik-baik saja.

Bukan sok kuat atau ingin menjadi kuat tapi ini adalah keharuskan, disaat orang lain dapat berbagi kamu hanya bisa menelannya bulat-bulat menerima semuanya secara utuh. Suka tidak suka kamu harus diam dan menikmatinya. Kamu sendiri sudah biasa menerima hal pait, itu seperti sarapan tiap pagi.

Harus terbiasa untuk tidak berharap, tidak bergantung, memikirkan hal yang pait disetiap rencana dan masa depan agar kamu tidak telalu sakit jika itu memang benar terjadi. Cara bertahan hidup yang sangat unik bukan?

Di tambah lagi hidup dengan label yang selalu di pandang sebelah mata, hidup dengan label bukanlah hal yang mudah, sekecil apapun kamu membuat kesalahan label itu akan makin jelas terlihat di mata orang-orang.